Selamatan 40 hari Meninggalnya KH. Moehatim Hasan dan K. Fakhrudin Dasuki
Selamatan 40 hari
Meninggalnya KH. Moehatim Hasan dan K. Fakhrudin Dasuki Pada hari Sabtu, 6 Februari 2016 jam 20.00 –
selesai bertempat di Kantor NU, PCNU
Ponorogo menggelar doa bersama dalam rangka memperingati 40 hari wafatnya KH.
Moehatim Hasan dan K. Fakhrudin Dasuki. Acara tersebut dihadiri sekitar 150
undangan baik dari Pengurus Cabang ( jajaran Mustasyar, Syuriah dan
Tanfidziyah), Banom, Lembaga dan Lajnah serta dari MWC se-kab. Ponorogo. Hadir
dari jajaran Mustasyar PCNU antara lain; KH. Fatchurroji, KH. A. Choliq Ridwan,
KH. Jiryan. Dari jajaran Syuriah PCNU antara lain; KH. Imam Sayuti Farid, KH.
Ansor M. Rusydi, KH. Abdus Sami’ Hasyim, KH. M. Muhsin, KH. Ach. Heriyanto, K.
Bahtiar Harmi, KH. Muhtar Sunarto, K. Syahrul Munir. Dari jajaran Tanfidziyah
hadir antara lain; Drs. Fatchul Azis, MA., Drs. KH. Sugeng Al-Wahid,
M.SI., Drs. H. Moh. Irchamni, Gus
Kholid, H. Sugeng Hariono, ST, H. Joko Susanto, H. Thohir Hasbi, Alim Nur
Faizin, M.M, Taufiq Asyhari, S.Pd., M. Arwan Hamidi, S.TH.I. Hadir pula
beberapa Pimpinan Cabang Muslimat NU antara lain Ibu Hj. Thufi Laili Tahrir. Acara tersebut dilaksanakan secara sederhana,
dibuka oleh Reza Muhtar, dilanjutkan tahlil yang diimami oleh KH. Ansor M.
Rusydi, pembacaan biografi singkat KH. Moehatim Hasan dan K. Fakhrudin Dasuki
oleh sekretaris PCNU Dr. H. Luthfi Hadi Aminuddin, M.Ag. Dalam sambutannya,
Rois Syuriah KH. Imam Sayuti Farid menyampaikan bahwa almarhum KH. Moehatim
Hasan dan almarhum K. Fakhrudin Dasuki
sama-sama memiliki andil dalam perjuangan di NU Ponorogo. Sosok KH.
Muhatim adalah sosok yang istiqomah mendarma baktikan hidupnya berjuang di NU
mulai dari level yang paling bawah; IPNU, Ansor, NU dan dari Pengurus ranting,
Majelis Wakil Cabang (MWC) hingga Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Ponorogo,
mulai dari Sekretaris PCNU tiga kali periode, Ketua PCNU dua periode dan Katib
Syuriah dua periode. Sedangkan al-Marhum K. Fahrudin Dasuki merupakan sosok
kiai yang istiqomah berjuang di NU melalui jalur Pondok Pesantren Thoriqul
Huda.