Ukuran Manusia Terbaik

| |

Oleh: Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, Kategori: Dosen

Ukuran manusia terbaik, menurut Islam, ternyata bukan dilihat dari kekuatan tubuhnya, ketampanan atau kecantikannya, jumlah kekayaan, pangkat, keluasan ilmu, dan sebagainya, melainkan karena kemanfaatannya bagi orang lain. Disebutkan di dalam sebuah hadits nabi bahwa, khoirunnas anfauhum linnas. Manusia yang paling baik adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi manusia lainnya.

Memperhatikan hadits nabi tersebut, maka tampak bahwa Islam tidak mengajarkan individualisme, tetapi justru sebaliknya, yaitu agar selalu memperhatikan orang lain. Keberhasilan seseorang yang hanya dimanfaatkan untuk kepentingannya sendiri, maka bukan dianggap hebat. Baru disebut hebat atau menjadi orang terbaik manakala kesuksesan yang diperoleh dimanfaatkan juga untuk orang lain.

Islam mengajarkan berjama'ah, artinya adalah kebersamaan. Shalat saja akan menjadi lebih utama bilamana dilakukan secara bersama-sama. Bahkan Nabi Muhammad saw, sebagai pembawa ajaran Islam, selalu shalat berjama'ah dan dilaksanakan di masjid. Kebersamaan sedemikian kuat di dalam Islam. Bahkan, umat Islam selalu memiliki dua jenis rumah, yaitu rumah untuk keluarganya sendiri, dan rumah yang dimiliki secara bersama-sama, yaitu masjid.

Kebersamaan seharusnya tidak saja di dalam kegiatan ritual, tetapi juga di dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi. Bahwa dalam kekayaan seseorang terdapat hak bagi orang lain yang perlu dibantu, misalnya bagi orang fakir, miskin, anak yatim, orang yang kaya hutang, musyafir, muallaf, dan untuk perjuangan di jalan Allah. Seorang bekerja dengan tenaga dan biaya yang dicukupinya sendiri, namun demikian masih dituntut untuk memenuhi kebutuhan orang lain yang membutuhkan. Individualisme tidak memperoleh tempat di dalam Islam.

Demikian pula di dalam kegiatan sosial, misalnya tolong menolong diajarkan di dalam Islam. Hanya saja, tolong menolong yang dimaksudkan itu dibatasi dalam kegiatan kebaikan dan taqwa, dan bukan sebaliknya, yaitu sesuatu kegiatan yang merusak dan merugikan orang lain. Bersekongkol untuk melakukan perbuatan yang bisa merusak dan merugikan orang lain, sekalipun menguntungkan maka, sama sekali tidak dibolehkan.

Bahkan, ajaran agar saling mendekat antar sesama hingga dikaitkan dengan keimanan. Bahwa seseorang disebut belum sempurna imannya sepanjang belum sanggup mencitai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri. Sesama muslim dipandang sebagai saudara. Antar sesama dipandang bagaikan satu badan, manakala bagiannya sakit maka bagian lain harus ikut merasakannya.

Sedemikian dekat dan kokoh kebersamaan di dalam ajaran Islam, sehingga seharusnya satu sama lain saling meringankan beban dan atau membantu. Bahkan di dalam al Qur'an disebutkan bahwa, dianggap mendustakan agama bagi seseorang yang tidak mau memperhatikan anak yatim dan meringankan beban orang miskin. Akhirnya, dari semua hal itulah yang menjadi sebab, bahwa ukuran manusia hingga disebut terbaik adalah dilihat dari sejauh mana yang bersangkutan sanggup memberi manfaat sebanyak-banyaknya terhadap orang lain. Wallahu a'lam.


Share/Bookmark
Diposting oleh nu ponorogo pada 06:52. dalam kategori . Anda juga dapat mengikuti di RSS 2.0. dan silahkan tinggalkan komentar

baca juga :



0 comments for "Ukuran Manusia Terbaik"

Leave a reply