Manuasia - Agama dan Kesempurnaan Hidup
Salah satu pertanyaan mendasar manusia adalah apa manfaat agama bagi
dirinya? Mengapa manusia harus beragama dan apakah mungkin manusia hidup
tanpa agama?
Sejak penciptaan manusia, telah ada
kecenderungan mendalam dalam diri setiap manusia untuk menyembah. Agama
adalah anugerah besar Tuhan bagi manusia dan agama selalu ada bersama
manusia. Berdasarkan bukti-bukti dan dokumen sejarah, semua masyarakat
memiliki kecenderungan terhadap agama. Hal ini membuktikan bahwa agama
adalah kebutuhan mendasar bagi manusia.
Manusia adalah
makhluk yang kompleks dan penuh rahasia, dan dianggap sebagai dunia
yang lebih besar dari pada alam semesta. Sejak awal penciptaan, manusia
telah berusaha untuk mengenal dirinya, kebutuhannya dan cara untuk
memenuhi semua tuntutan tersebut. Upaya manusia untuk memahami hakikat
dan mengenal dirinya dengan benar serta memahami alam semesta, telah
menyebabkan munculnya berbagai aliran. Amat jelas bahwa jika satu aliran
keyakinan tidak dapat menjawab tuntutan mendasar manusia, maka aliran
tersebut tidak akan mampu bertahan lama dan dengan sendirinya akan
hilang.
Manusia adalah wujud yang terdiri dari jiwa
dan raga. Ia selalu berusaha memenuhi kebutuhan material dan
spiritualnya untuk meraih kebahagiaan dan kesempurnaan. Untuk itu,
manusia memerlukan agenda yang benar yang dapat menjamin kebahagiaan
material dan spiritualnya itu. Dengan demikian, manusia harus
memperhatikan semua aspek keberadaannyadan mengenal baik jalan yang
mengantarkannya kepada kesempurnaan. Jika hal tersebut terpenuhi, maka
kebahagiaan yang diinginkan manusia akan terwujud.
Allamah Thabathabai, filsuf besar Iran menegaskan bahwa agenda kehidupan
manusia harus sejalan dengan fitrah dan penciptaan manusia serta
komprehensif. Beliau menulis, "Allah Swt memandu setiap makhluk-Nya
termasuk manusia menuju kepada kebahagiaan dan tujuan penciptaan yang
khusus pada diri makhluk tersebut. Jalan nyata bagi manusia dalam
mengarungi kehidupan adalah jalan yang diserukan oleh Tuhannya."
Untuk menjelaskan ungkapan tersebut, Allamah Thabathabai menambahkan,
"Tuntutan agama fitrah adalah tidak mengabaikan semua potensi yang ada
pada diri manusia. Kapasitas dan daya tarik dan daya tolak seperti
kecenderungan emosional yang ada pada diri manusia, akan disesuaikan dan
diatur. Setiap dari kecenderungan tersebut dibiarkan sejauh tidak
mengganggu yang lainnya. Selain Tuhan, siapa pun tidak layak untuk
meletakkan hukum syariat/peraturan dan menentukan kewajiban manusia.
Sebab, peraturan dan hukum dalam kehidupan manusia akan efisien jika
ditentukan dari jalan penciptaan. Dengan demikian, faktor internal dan
eksternal akan mengajak manusia untuk mengamalkanya."
Allah Swt menciptakan manusia dan meletakkan berbagai kebutuhan pada
dirinya serta memberikan kecenderungan dan keinginan untuk mencapai
kesempurnaan. Manusia untuk mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan abadi
harus memilih jalan yang benar bagi kehidupannya. Namun untuk memilih
jalan yang benar tersebut tidak mudah. Pasalnya, banyak penghalang,
bahaya dan hambatan yang menghadang. Allah Yang Maha Bijaksana tentunya
tidak akan membiarkan manusia begitu saja dan Dia telah memberikan
petunjuk kepada manusia untuk sampai kepada kebahagiaan dan
merealisasikan bakat-bakat yang ada dalam dirinya. Salah satu petunjuk
tersebut adalah melalui turunnya wahyu. Hal itu adalah salah satu
argumen terpenting bahwa manusia membutuhkan agama.
Cendekiawan dan pemikir besar Iran, Syahid Murtadha Muthahhari mengenai
"Naba" yaitu utusan Allah Swt dan pembawa wahyu bagi manusia, menulis,
"Nabi adalah perantara antara manusia dan dunia lain. Sebenarnya nabi
adalah jembatan antara manusia dan alam ghaib. Nubuwwah adalah akibat
dari kebutuhan manusia kepada wahyu Allah Swt."
Akal,
indera dan pengalaman manusia terbatas dan tidak dapat memenuhi semua
tuntutannya. Dengan demikian, manusia memerlukan agama sebagai petunjuk
untuk sampai kepada kebahagiaan dan kesempurnaan yang diinginkan.
Meskipun sains dan teknologi semakin maju, namun rahasia tentang manusia
tidak dapat diungkap oleh kemajuan ilmu dan teknologi tersebut, bahkan
seakan-akan rahasia tentang manusia semakin lama semakin bertambah. Hal
tersebut disebabkan alat-alat pengetahuan manusia terbatas dan banyak
hal dan rahasia yang tidak dapat dijangkau dan dimengerti oleh alat-alat
tersebut.
Banyaknya keterbatasan manusia menyebabkan
dirinya terpaksa belajar sebagian ilmu pengetahuan dari agama, dan
al-Quran telah menyinggung masalah tersebut. Allah Swt dalam Surat
al-Baqarah ayat 151 berfirman, "Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu
seorang rasul dari golonganmu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Kami,
menyucikan kamu, mengajari kamu Alkitab dan hikmah serta mengajari kamu
apa-apa yang belum kamu ketahui."
Ernest Renan, filsuf
Perancis dalam tulisannya, menyinggung pengaruh agama terhadap manusia.
Ia mengatakan, "Mungkin suatu hari segala sesuatu yang saya cintai akan
hancur, dan semua hal yang menyenangkanku akan hilang, tetapi mustahil
kecenderungan terhadap agama akan hilang. Kecenderungan ini akan kekal,
dan keberadaanku akan menjadi saksi nyata atas kepalsuan materialitas
(Paham Materialisme)."
Menurut pandangan Will Durant,
sejarawan dan penulis Amerika, agama adalah ruh kehidupan. Ia
mengatakan, "Hidup tanpa agama, suram dan hina serta seperti jasad tanpa
ruh." Al-Quran dalam ayatnya yang indah telah menggambarkan
kecenderungan manusia kepada agama, di mana kecenderungan tersebut
merupakan fitrah manusia yang terus akan ada. Dalam Surat Ar-Rum ayat
30, Allah Swt berfirman, "Maka hadapkanlah hai Muhammad wajahmu dengan
lurus kepada agama Allah (cenderungkanlah dirimu kepada agama Allah).
Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak
ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui."
Agama adalah
metode dan pedoman tepat bagi kehidupan manusia yang mencakup semua
dimensi ruh, fisik, individu dan sosial manusia. Agama Islam sebagai
agama terakhir dan paling sempurna, sangat memperhatikan tuntutan
manusia, baik itu kebutuhan individu mupun sosial. Islam mampu
memberikan jawaban logis terhadap tuntutan-tuntutan manusia. Islam
sebagai agama komprehensif telah menawarkan kepada manusia agenda dan
strategi dalam tiga bagian. Agenda dan strategi tersebut terkait dengan
hubungan-hubungan manusia yang terdiri dari: hubungan manusia dengan
dirinya, hubungan manusia dengan yang lainnya (alam semesta dan
masyarakat) dan hubungan manusia dengan Tuhan.
Ajaran
Islam selain memperhatikan masalah-masalah duniawi juga memperhatikan
masalah kehidupan selanjutnya, yaitu akhirat. Islam mengatur urusan
dunia di samping urusan akhirat karena keduanya saling berkaitan.
Perhatian Islam terhadap dunia dan akhirat, dan penyelarasan antara
urusan materi dan spiritual adalah keistimewaan agama suci tersebut, di
mana hal itu telah keluar dari kemampuan manusia.
Meskipun pengetahuan dan pencapaian manusia sangat bernilai, namun
karena hingga kini tidak mampu mengenal sisi-sisi wujud manusia secara
sempurna, maka pengetahuan manusia tidak akan mampu memberikan agenda
komprehensif dan meyakinkan bagi kehidupan manusia untuk mencapai
kebahagiaan. Pandangan bahwa kemajuan teknologi akan menghapus kebutuhan
manusia terhadap agama adalah pandangan yang tidak bersandar pada
fakta. Seandaikan pendapat tersebut benar, maka seharusnya sejak
berabad-abad lalu, manusia sudah tidak memerlukan agama lagi. Namun
kenyataannnya tidak demikian.
Sejarah kontemporer
adalah bukti terbaik atas kesalahan pandangan tersebut. Di era modern
ini, manusia justru semakin merasa perlu terhadap agama. Oleh karena
itu, sains tidak dapat diharapkan akan mampu memenuhi kebutuhan
spiritual dan metafisik manusia. Mengenai hal itu, Allamah Thabathabai
mengatakan, "Kemajuan manusia di sebagian ilmu pengetahuan tidak mampu
menyelesaikan ketidaktahuan-ketidaktahuan manusia. Ilmu Pengetahuan Alam
adalah pelita bagi manusia yang menerangi sebagian ketidaktahuannya,
tetapi pelita tersebut tidak mampu menerangi setiap kegelapan. Ilmu
psikologi tidak mampu menyelesaikan masalah-masalah perbintangan dan
seorang dokter tidak akan mampu menyelesaikan masalah seorang insinyur.
Yang jelas, ilmu tentang alam semesta akan asing dengan hal-hal
metafisik dan masalah-masalah spiritual serta ruh. Ilmu tersebut tidak
mampu mengevaluasi tujuan-tujuan yang diinginkan oleh fitrah manusia."
(IRIB Indonesia/RA/NA)