Menyambung Silaturahim

| |

Setelah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan dan merayakan idul fitri, hal penting yang dilakukan oleh kaum muslimin adalah saling bersillaturahmi. Begitu pentingnya kegiatan itu sehingga jarak yang jauh, besarnya biaya, dan bahkan resiko yang harus ditanggung, tidak menjadi alasan untuk tidak melakukannya. Kegiatan sillaturrahmi seperti itu sudah menjadi kebutuhan bagi semua kalangan.

Selain melalui kegiatan yang disebut mudik, untuk menjalin tali sillaturrahmi orang juga menyelenggarakan halal bi halal di kantor-kantor, sekolahan, kampus, perusahaan, dan lain-lain. Intinya juga sama, ialah berusaha mendekatkan hati di antara sesama. Bahkan, kegiatan yang dilaksanakan beberapa hari setelah hari raya dimaksudkan itu biasanya juga diikuti oleh semua warganya tanpa melihat latar belakang agama yang bersangkutan.

Lewat kegiatan silaturrahmi maupun halal bi halal, persaudaraan dirasakan sebagai suatu yang mahal harganya. Sekalipun dalam kehidupan sehari-hari, orang terlibat dalam persaingan, berebut, bertransaksi, dan bahkan konflik, maka pada saat idul fitri, mereka menganggp orang lain sebagai saudara, sahabat, teman atau kolega yang mahal harganya. Pertemanan menjadi terasa indah. Keindahan itu akan semakin sempurna tatkala dilakukan secara lebih luas, yaitu melampaui batas kelompok, organisasi, madzhab, dan juga agama yang dipeluk.

Perbedaan bukan dijadikan alasan untuk saling mengusai dan apalagi menindas, melainkan untuk saling mengenal antar sesamanya. Setelah mengenal, kemudian seharusnya berlanjut saling memahami, menghargai, dan akhirnya menjadi saling menyayangi, dan bahkan bekerjasama. Tatkala kegiatan semacam itu dilakukan secara luas, yaitu tanpa mengenal batas-batas latar belakang yang bersangkutan, maka hubungan kemanusiaan akan terbangun, dan itulah sebenarnya yang diharapkan dari kegiatan sillaturrahmi itu.

Sillaturrahmi yang dilakukan secara tulus membuahkan hablum minannas. Dalam masyarakat yang semakin terbuka dan majemuk seperti sekarang ini, maka hablum minannas menjadi sangat penting. Akibat kemajuan berbagai jenis teknologi seperti sekarang ini, maka tidak akan mungkin orang menolak kehadiran orang lain ataupun juga paham yang berbeda-beda. Seringkali disebutkan bahwa, hidup bersama dalam perbedaan adalah merupakan ciri khas kehidupan manusia modern. Oleh sebab itu, diperlukan jiwa dan pandangan besar, sehingga paling tidak, masing-masing pihak mampu memahami dan menghargai orang lain.

Islam juga mengajarkan keterbukaan yang demikian itu, termasuk ialah agar melakukan penjelejahan di muka bumi atau travelling ke mana saja. Dalam penjelajahan atau traveling, tentu akan menemukan berbagai jenis orang yang beraneka ragam, baik dari warna kulit, adat istiadat, bahasa daerah, bentuk tubuh, dan juga agama yang berbeda-beda. Perbedaan bukannya dijaladikan alasan untuk saling bermusuhan, melainkan ------menurut petunjuk kitab suci, justru sebaiknya, ialah agar saling mengenal.

Akhir-akhir ini, tanpa penjelajahan secara fisik, sebagai dampak dari semakin canggihnya alat-alat komunikasi dan transportasi, maka perbedaan paham, pandangan, aliran agama yang berbeda-beda bisa dikenali dengan mudah. Tentu, hal semacam itu tidak mustahil melahirkan berbagai jenis resiko. Maka, cara membendungnya, ------lagi-lagi, hanyalah dengan memperkukuh tali sillaturhmi. Lewat sillaturrahmi itu maka berbagai resiko bisa diperkecil. Perbedaan tidak akan melahirkan permusuhan manakala dari masing-masing pihak terjalin silaturrahmi yang kokoh. Wallahu a'lam.


Share/Bookmark
Diposting oleh nu ponorogo pada 20:11. dalam kategori , . Anda juga dapat mengikuti di RSS 2.0. dan silahkan tinggalkan komentar

baca juga :



0 comments for "Menyambung Silaturahim"

Leave a reply